Anakku, akrabkan dirimu dengan Al-Quran, kitab agung pengetahuan ini, meski hanya dalam bentuk membacanya (tanpa mempelajarinya). Dengan demikian, engkau telah membangun hubungan dengan Yang Terkasih. Jangan berpikir bahwa membaca saja tanpa pemahaman (ma'rifah) adalah tak ada gunanya. Kesan seperti itu adalah hasutan setan. Bukankah ini adalah kitab yang datang dari Yang Terkasih untuk semua orang, termasuk untukmu Anakku! Surat dari Yang Terkasih amatlah indah meski si pencinta tak tahu maknanya. Dengan hasrat seperti itu, cinta Yang Terkasih, yang adalah kebaikan tertinggi, akan menyapamu dan, siapa tahu, Ia mungkin mengulurkan tangannya. Bahkan, jika kita harus bersujud sepanjang umur kita sebagai tanda terima kasih karena memiliki Al-Quran sebagai kitab suci kita, itu masih tak mencukupi.
Anakku, doa-doa dan wirid-wirid yang telah sampai kepada kita lewat para imam yang yang ma'shum adalah petunjuk-petunjuk bagi (upaya kita untuk) mengenal-Nya, 'Azza wa Jalla. Inilah cara yang paling luhur untuk menggapai kehambaan ('ubudiyahh) dan hubungan antara Allah dan ciptaannya. Doa-doa dan wirid-wirid itu mengandung ajaran-ajaran Ilahi dan cara-cara untuk mencapai keintiman dengan-Nya. Malah, semuanya itu merupakan buah tangan dari rumah tangga kenabian (ahl bait al-nubuwwah) dan mencerminkan keadaan (hal-hal) orang-orang yang memiliki (mata)-hati dan para pelancong (di jalan menuju Allah). Jangan sampai hasutan orang-orang yang lalai menjauhkanmu dari mendapatkan manfaat dari semuanya itu dan-kalau engkau memang memiliki kemampuan untuk itu-dari menjadikannya bagian dari hidupmu. Kalupun kita membaktikan seluruh hidup kita untuk menyampaikan terima kasih kepada para Imam-yakni orang-orang yang jiwanya telah terbebaskan itu-sebagai pembibing kita, itu semua tak cukup.
(penggalan Wasiat Sufi Imam Khomeini kepada Putranya, Ahmad Khomeini)
No comments:
Post a Comment